Selasa, 18 Oktober 2011

Langit

Permainan menulis blog berlanjut, tema keenambelas "Langit".

Saya bukan orang kaya. Saya lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Tapi sejak kecil saya ingin sekali jalan-jalan keluar negeri. Itu selalu jadi mimpi saya.

Waktu kecil, saya hanya bisa menikmati pemandangan, budaya, dan keunikan negara-negara lain melalui buku dan layar TV.

Waktu kuliah, saya hanya bisa mendengar cerita dari teman-teman yang sudah pernah ke luar negeri.

Saya pernah cukup lama hang out dengan teman-teman kuliah di mana mereka semua pernah bareng-bareng ke luar negeri, tepatnya keliling Eropa. Waktu itu, saya hanya additional member di geng tersebut, alias tokoh figuran, alias peserta satu-satunya yang tidak ikut mereka dalam perjalanan mereka ke Eropa. Dan saya hanya ngikut saja di acara-acara yang mereka adakan seperti acara main, makan, hang out, dan semacamnya.

Tapi kebayang nggak, setiap hang out, setiap perhelatan, pasti yang dibicarakan adalah serunya perjalanan mereka ke luar negeri bareng2 beserta anekdotnya. Hal itu berulang-ulang dilakukan, sampai saya sendiri hafal ceritanya. Belum lagi video dan foto2 yang ditunjukkan, berulang pula. Saya sih tidak begitu iri, karena memang belum rejeki saya untuk bisa ke luar negeri saat itu, but it was just a little bit annoying when it was on repeat peat peat peat ...

Sejak saat itu, saya bertekad, saya harus bisa keluar negeri dan HARUS DENGAN UANG SENDIRI! Well, mungkin mereka sempat duluan keliling Eropa dengan uang dari orang tua mereka ... tapi saya juga harus bisa, dengan uang sendiri.

Alhamdulillah, sampai saat ini, dengan uang hasil tabungan saya sendiri selama saya sudah punya penghasilan, saya sudah pernah terbang ke langit dan mendarat di Singapura, Malaysia, Thailand, Hongkong, Perancis, Republik Czech, Austria, Jepang, Qatar, Belanda, Belgia, Inggris, Saudi Arabia dan China. Dan saya sangat menikmati masa-masa liburan saya di sana.

See, jalan-jalan ke luar negeri bukanlah mimpi belaka, ternyata saya juga bisa. Yang penting adalah niat, keberanian, tekad, dan yang pasti siapkan budget dengan disiplin menabung. It's my own satisfaction to have fun abroad with my own money, saya bisa buat itinerary sendiri, bersenang2 di amusement park, foto-foto, shopping dan melakukan apa yang saya mau. Dengan rajin googling, persiapan & perencanaan yang baik, saya bisa liburan secara hemat, tapi tetap FUN!

Saya bisa, kamu juga pasti bisa ... mari kita taklukan langit dan terbang ke manapun kita mau :)


Saya & Langit Singapore



Saya & Langit Malaysia



Saya & Langit Thailand



Saya & Langit Hongkong



Saya & Langit Perancis



Saya & Langit Republik Czech


Saya & Langit Austria

Saya & Langit Jepang


Saya & Langit Qatar



 Saya & Langit Belgia



Saya & Langit Belanda



Saya & Langit Inggris



Saya & Langit Saudi Arabia




Saya & Langit China


Kamis, 13 Oktober 2011

Quotes

Tema hari terakhir di #15harimenulisdiblog, "quotes". Hmm, banyak sekali quotes yg jadi inspirasi dalam hidup saya. Tapi kali ini, saya akan tulis beberapa quotes saya sendiri, berikut sedikit cerita kenapa saya bisa bilang seperti itu. Mungkin mirip atau sudah pernah di-quotes orang lain, itu bukan unsur kesengajaan, karena apa yang saya tulis based on my own experience. Siapa tahu bisa jadi inspirasi orang lain.

Quotes 1:
Seperti pernah saya tulis sebelum-sebelumnya, sewaktu masa-masa sekolah saya bukan siapa-siapa. Saya cenderung "struggle di sekolah saya sendiri" (kalo boleh pinjem kata-kata Marshanda di video youtube-nya). Tak jarang saya diejek karena berbagai kekurangan saya. Tapi dalam hidup, kita harus membiasakan hal tersebut. Karena hal itu ternyata tidak berhenti sampai di situ. Kita tidak bisa memaksa semua orang menyukai kita. Pasti ada aja yang sirik dan atau membenci kita. Sampai sekarang.

Betul, sampai sekarang ... saya masih suka dihina, dikata-katain, diejek, dan dicemooh, baik karena kekurangan atau kejelekan saya yang memang begitu adanya, atau hanya sekedar ejekan belaka. Kata-kata yang disampaikan kepada saya pun banyak kok yang kasar, dan menyakitkan.

Tapi semua kembali kepada diri saya, apakah saya akan membiarkan kata-kata itu menyakiti saya? Apakah saya akan kalah? Tidak, saya harus lebih kuat. Saya harus buktikan kalau saya lebih kuat daripada kata-kata kasar manapun yang dilemparkan kepada saya.

If they throw strong words at you, be stronger... don't let them defeat you :)
(Originally posted on twitter by @spektakuler, 28 August 2011)


Quotes 2:
Tanpa kita sadar, banyak orang yang sayang sama kita, merhatiin kita. Tapi mungkin kita nggak sadar, atau malah nggak suka sama orang itu. Akibatnya orang itu kita sia-siakan, dan malah kita jahat sama dia, baik secara sadar ataupun tidak sadar. Just take a moment, and think ... ada nggak orang yang kita perlakukan seperti itu? Orang yang sayang sama kita, tapi kita sih biasa aja, nggak kepikiran buat sayang balik ...

Kalo ga bisa sayang balik, seenggaknya jangan jahat ama orang2 yg sayang kamu.
(Originaly posted on twitter by @spektakuler, 10 July 2011)


Quotes 3:
Sering kita ditawarin berbagai kesempatan, dan kita harus berusaha meraihnya. Pas kita coba dengan usaha yang terbaik, kita nggak dapet apa yang kita kejar. Setelah itu mau apa? Mau sedih? Kecewa? Putus asa? Ya, sedih sebentar tidak apa-apa. Tapi siapa tau itu mah belum rejeki aja, kita usaha lagi, siapa tau dapet yang lebih baik. Karena pasti dalam hidup kita pernah seperti itu. Misalnya, saya pernah melamar di suatu perusahaan yang saya pikir MELE7IT NGEHITS, tapi karena standar gaji saya mungkin ketinggian, jadi nggak diterima. Kecewa sih, sebentar ... saya sudah harus test ono-ini, bulak-balik Jakarta Bandung untuk interview dan membuang waktu, tenaga, dan biaya. Tapi dibalik itu, saya coba cari lagi, dan ternyata setelah berusaha, saya diterima dengan remunerasi yang lumayan, dari yang saya terima sebelumnya, maupun yang saya expect dari perusahaan yang menolak saya. Alhamdulillah ...

Kalo emang blm rejeki ya tinggalin aja di belakang, cari lagi, Insya Allah dpt yg lebih SPEKTA di depan ;)
(Originaly posted on twitter by @spektakuler, 14 July 2011)

Rabu, 12 Oktober 2011

Pernikahan

Tema hari keempatbelas, "Pernikahan".

Q: "Kapan nyusul?"

A: "Maaf, saya sedang menjalani hidup saya, bukan sedang balapan."

Selasa, 11 Oktober 2011

Rumah

Tema hari ketigabelas, "rumah". Baiklah, kali ini saya akan cerita pengalaman saya mencari rumah teman saya.

Kembali ke awal-awal tahun 90an, sewaktu saya masih SMP. Pada suatu siang pulang sekolah, saya bersama teman-teman saya mau nengok teman saya yang lain yang tidak masuk sekolah karena sakit. Kita mencari alamatnya dari data siswa.

Ternyata daerah perumahannya adalah perumahan di gang-gang gitu. Seakan masuk labirin, kita berputar-putar ke sana ke mari membawa alamat, tapi yang kutemui bukan dirinya ... sayaaaaang, yang kuterimaaa ... (eh, maaf agak sedikit carried away).

Anyway, lanjut ke cerita ... lama-lama kita kesel dong, nggak nemu-nemu rumahnya. Tapi berhubung sudah tanggung ada di daerah situ, kita teruskan pencarian alamat teman saya itu.


Singkat cerita, ketemulah alamat rumah teman saya itu. Setelah selesai menjenguk, kitapun pulang.

Nah, pas pulang juga kita agak sedikit nyasar, jadi keliling-keliling lagi untuk mencari jalan ke jalan besar.

Pas kita lagi keliling-keliling gitu, sekelompok anak kecil nanya, "Nyari siapa?."

Karena sudah kesal kali ya, jadi saya jawab asal "Nyari Iwan."

Ditanya lagi, "Iwan siapa?"

Aku jawab lagi, "Iwan Sanusi." (benar-benar asal, sesuai pelesetan lagu yg waktu itu MELE7IT NGEHITS "Heeeey, Iwan Sanuuuussiiiii!")

Nggak diduga, anak itu masuk ke halaman sebuah rumah sambil teriak "Mas Iwaaaan, ada yang nyari tuuuuuuh!"

DONG!!! By the irony of fate, ada aja dong yang namanya IWAN SANUSI. Sontak, saya dan teman-teman ambil langkah seribu alias ngibrith menjauh dari situ.

Dasar kurang beruntung, namanya belum mengenal medan, kita kabur ke sebuah jalan buntu. Jadi kita terpaksa balik lagi melewati rumah Mas Iwan Sanusi itu.

Dengan muka merah, kita numpang lewat, dan Mas Iwan Sanusi itu sedang ada di depan rumah sambil tersenyum ...

Saya malu, Pemirsa!!!

Senin, 10 Oktober 2011

Mantan

Tema hari keduabelas, "mantan". Wah, kalau untuk tema yang satu ini saya bisa bikin buku setebal Harry Potter yang kelima nih, hehehe ... Tapi saya buat singkat saja, buat apa mengingat mantan-mantan yang sudah lewat?

Seperti orang lain, saya juga punya beberapa mantan, dan kali ini akan saya bahas mengenai some of my countable EX-es... maksudnya mantan yang layak dihitung. Yang masa-masa cinta monyet nggak jelas, nggak akan saya sebut.

Mantan I:
seorang anak kecil, yang buat saya nothing but trouble. Banyak keinginan, merepotkan.

Mantan II:
seseorang yang jauh di sana, mengharuskan long distance relationship, tapi tanpa sarana dan prasarana yang memadai. Beberapa bulan pacaran, ketemu cuman dua kali aja gitu. Kayaknya kurang adanya kemauan satu sama lain untuk memperjuangkan hubungan kita. Akhirnya pisah baik-baik... by phone.

Mantan III:
dewasa, tapi mungkin karena memang tidak ada rasa cinta, hubungan pun tidak bertahan lama. Dan kita sampai sekarang masih berteman. Kalau dari pacar masih bisa jadi teman, ya mungkin dari awalnya juga memang tidak ada cinta.

Mantan IV:
seorang anak kecil lainnya. Anak kecil yang genit dan agak aneh. Maafkan bila saya ilfil :P

Mantan V:
seseorang yang agak psycho dan posesif, agak seram ya cerita masa-masa bareng dengan yang satu ini. Kerjaannya marah-marah melulu. Dan bumbu dramanya, heeeey ... JUWARA, Pemirsa!!!

Hmm, are they my mistakes? Not really. I am who I am right now, because of everything that I've been through before, including my EX-es. So, I won't consider my EX-es as my mistakes. They were part of my life. They made me who I am today. They made me learn, they made me stronger.

Pertanyaan simple yang kadang-kadang bikin saya ketawa sendiri, "Kok dulu mau-maunya sama mereka?".

Jawabannya juga simple aja, "Ya, itu kan dulu. Lain dulu, lain sekarang. Sekarang kan jam terbang saya sudah tinggi." ;)

Minggu, 09 Oktober 2011

Hujan

Tema hari kesebelas, "Hujan". Kali ini saya akan ceritakan pengalaman saya hujan-hujanan pada hari Selasa tanggal 29 September 2010.

Waktu itu saya masih kerja di salah satu bank swasta di Bandung, dan karena ada urusan pekerjaan saya yang lainnya, saya cuti, dan pergi ke Jakarta, tepatnya ke Trans TV untuk menyelesaikan urusan pekerjaan lain tersebut.

Saya ke Jakarta naik travel, dan turun di Jalan Gatot Subroto, dan jalan kaki menuju Gedung Trans TV di Jalan Kapten Tendean. Waktu itu hujan, tidak terlalu deras. Jadi saya putuskan untuk tetap berjalan kaki saja ke sana, toh jaraknya tidak terlalu jauh dan saya membawa payung, tinggal pakai payung saja.

Sesampainya saya di Gedung Trans TV, saya lihat ada Indra Herlambang sedang mewawancara orang. Hihihi, saya pikir seru juga kalau misalnya saya lewat di belakangnya, siapa tau saya bisa masuk TV (bener kan, kampringnya keluar lagi).

Ternyata begitu saya mau lewatin Indra Herlambang dan kru Trans TV tersebut, yang ada malah saya disamperin dan diwawancara. DONG!!! Nggak siap aja gitu!!!


Indra: "Mas, payungnya punya sendiri?"

Adhit: "Iya, ini payung sendiri." (saya jawab sambil terbengong-bengong).

Indra: "Boleh tau siapa namanya, Mas?"

Adhit: "Nama saya Adhit." (sambil ngajakin geser ke dalam, lagian wawancara kok di lapangan parkir pas lagi hujan, kan malas saya sambil tetep megang payung).

Indra: "Mas Adhit kan orang-orang suka bilang kalo cowok suka males kalo bawa payung."

Adhit: "Iya."

Indra: "Mas Adhit nggak?"

Adhit: "Lebih males lagi kalo sakit."

Indra: "Jawaban yang bagus sekali (sambil mengacungkan jempolnya). Berapa payung yang anda punya?"


Adhit: " Satu."

Indra: "Satu doang? Ini sudah dipakai berapa bulan?"

Adhit: "Ini dipakai... dua atau tiga bulanan... sambil geser lagi yuuuk." (ajak saya sambil tersenyum, soalnya ternyata kita masih kecipratan hujan).

Indra: "Ini kayaknya hujannya ngikutin kita ya? (katanya genit, sambil ngerangkul saya buat geser lagi ke arah Teras Lobby Gedung Trans TV, lalu melanjutkan wawancaranya). Jadi payungnya selalu dipakai ya, selalu dibawa-bawa?"

Adhit: "Dibawa iya, kalau dipakai sih pas hujan aja (ya iyalah, masa kagak ujan pake-pake payung ke mana2, lo kira sarimin pergi ke pasar ... pake-pake payung)."

Indra: "Terus ini basah gimana dibawa ke dalem?" (sambil nunjuk payung yang basah itu)

Adhit: "Mmm, nanti saya bungkus pakai plastik, terus saya simpan di tas."

Indra: "Oh, bawa plastik juga?" (sambil nunjuk tas saya).

Adhit: "Ya, daripada barang-barang saya basah, mendingan bawa plastik sama payung."

Indra: "Bagus sekali persiapannya... nggak sekalian ngojek payung juga?"

Adhit: "Mmmm, I'm not that desperate, thank you!"


Wawancara selesai, saya pun berlalu. Memang sih tidak penting, cuman seru aja, tanpa persiapan apa-apa I have to be able to think on my feet, dan nggak boleh kalah dong dengan berondongan pertanyaan dari Kakak Indra Herlambang. Yang penting, I made my point, buat apa males atau malu bawa payung, lebih baik bawa payung daripada malah sakit karena kehujanan. Dan kalau takut barangnya basah ketika selesai, bungkus saja payungnya pakai kantong plastik, atau sekarang kan sudah ada payung yang ada covernya sehingga melindungi payung di dalam cover tersebut dan tidak membasahi barang yang lain apabila disimpan di tas.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Hadiah

Tema hari kesepuluh, “Hadiah”.

Semasa kuliah biasanya orang-orang mencari tambahan penghasilan. Ada yang magang di perusahaan atau restoran, ada yang usaha, atau dengan bermacam-macam cara lainnya. Begitu pula halnya dengan saya, saya juga mencari tambahan penghasilan, selain dari beasiswa yang saya dapat semasa kuliah, saya juga mencari penghasilan tambahan dengan mengikuti kuis-kuis di radio.

Sudah tidak terhitung berapa banyak hadiah yang saya dapatkan dari mengikuti kuis-kuis di radio, mulai dari kaset, CD, merchandise, uang, voucher, sampai meet and greet dengan artis-artis luar negeri dan mendapatkan tandatangan di cover kasetnya.

Tidak begitu susah kok untuk menang kuis di radio, asal niat dan paying attention saja. Pertanyaan-pertanyaannya tidak terlalu sulit. Dan kalau sudah terbiasa dialling the telephone pasti masuk, hehehe …

Yang akan saya ceritakan di sini adalah hadiah dari salah satu kuis yang paling berkesan sampai sekarang. Kita kembali ke akhir Agustus tahun 2000. Salah satu radio di Bandung mengundang grup musik asal Norwegia, M2M, ke Bandung pada tanggal 04 September 2000. Diadakanlah kuis untuk meet & greet, nonton konser mereka, sekaligus makan malam dengan M2M. Caranya adalah dengan membuat hasta karya yang berhubungan dengan M2M, terserah mau membuat apa, 3 kontestan yang hasilnya paling unik & bagus, akan menang dan berkesempatan untuk meet & greet, nonton show case mereka di Hotel Grand Aquila Bandung, & Dinner di The Peak.

DONG!!! Apa yang harus saya lakukan? Saya tidak bisa menggambar, saya tidak bisa menjahit, saya tidak bisa bikin patung, dan lain-lain. Intinya … SAYA TIDAK BISA MEMBUAT HASTA KARYA! Padahal saya ingin sekali ketemu M2M. Lagu-lagunya lucu-lucu, dan MELE7IT NGEHITS pada masanya seperti “Don’t Say You Love Me”, “Mirror-Mirror”, “Pretty Boy”, dan “The Day You Went Away”.

Saya pun curhat pada sepupu saya, Ai, kalau saya ingin berpartisipasi dalam kuis tersebut, dan ingin menang hadiahnya. Akhirnya sepupu saya memberi ide, bagaimana kalau kita membuat video klip pelesetan alias parodi saja. Saya pikir, itu ide yang bagus, karena saya tidak perlu membuat hasta karya.

Akhirnya kitapun membuat video klip tersebut dengan bermodalkan handycam, dan bantuan dua teman lainnya Ady & Enno. Video klip yang dipilih adalah “Mirror-Mirror”. Dan betapa severe & twistednya video tersebut karena Marion dibuat menjadi gadis berdada besAAr, dan Marit dibuat menjadi sedang hamil tua. Adegan-adegannya pun dibuat lebay. Intinya hampir mirip dengan video klip aslinya dengan cermin besar di dinding, namun ditambah adegan SMACK DOWN, adegan mencuci sama menyetrika, dan adegan terakhir yang paling nendang adalah CERMINNYA PECAH saking absurdnya M2M palsu tersebut.

Seru juga syutingnya. Tapi karena waktunya pengumpulan hasta karya cukup singkat, maka kami pun syuting bagaikan kejar tayang. Sampai subuh aja dong syutingnya.

Besar harapan kami untuk menang. Dan ternyata benar saja, ketika diumumkan, kami termasuk pemenang kuis tersebut. Alhamdulillah, hadiah sudah di tangan. Meet & greet dengan M2M, nonton konser di Grand Aquila, dan dinner bareng mereka, plus merchandise dan tandatangan mereka di kaset-kaset saya.

Saya sangat menikmati hadiah tersebut, pada saat meet and greet, mereka dengan ramah berinteraksi dengan saya dan menjawab pertanyaan saya.
Saat konser saya bisa sing along dengan SEMUA lagu mereka.
Dan pada saat dinner saya bisa berfoto bareng dan dapat tandatangan mereka, juga menonton live music mereka lagi (mereka membawakan lagu “Hello”nya Lionel Richie… keren banget!). Selain itu juga kita turun ke lantai, alias I was dancing with them! Sampai saya sempat saya ngejedot-jedotin kepala mereka berdua, saking semangatnya. Mereka sih tertawa2 saja. Sudah bukan berasa sama artis lagi deh, hehehe …

Mereka pun sempat melihat video kita. Mereka suka dan tertawa kencang sekali. They said, “You guys are crazy!” and then they laughed so hard.

Malam itupun berakhir, dan kita pulang. Saya puas dengan hadiah kuis pada saat itu.

Dan sekarang, 11 tahun kemudian, pengalaman itu tetap tidak terlupakan. Ternyata hadiah yang paling berkesan dari kuis itu adalah keseluruhan pengalaman berpartisipasi dalam kuis tersebut, tidak hanya hadiah dari kuisnya saja, tetapi membuat ide cerita (screenplay) dari video, syuting video clip sampai subuh, dan melihat para penonton sangat terhibur dengan video tersebut adalah kepuasan tersendiri… yang menjadi hadiah yang berharga buat saya.

Jumat, 07 Oktober 2011

Jendela

Tema hari kesembilan, "jendela".

Kali ini saya akan cerita tentang awal-awal saya masuk SMA. Waktu itu tahun 1994. Saya diterima di SMA 8, salah satu SMA Favorit di Bandung.

Awal-awal sekolah di SMA 8 menurut saya terasa penuh kesukaran. Mulai dari orientasi sekolah, berkenalan dengan teman-teman dan guru-guru baru, dan belajar mata pelajaran baru yang di SMP belum diajarkan seperti kimia dan akuntansi.

Pada saat itu, saya merasa tidak betah bersekolah di situ. Saya sudah kangen sama teman-teman SMP saya, karena kami begitu dekat dan kompak satu kelas. Saya kangen dengan guru-guru SMP juga. Selain itu pelajarannya termasuk sulit. Dan membuat lebih berat, karena teman-teman sekelas saya pada pintar, jadi hanya dengan sekali diajarkan mereka sudah pada mengerti dengan cepat. Sedangkan saya… kadang dijelaskan berulang-ulang pun belum mengerti. Hal ini saya rasakan untuk pelajaran eksak seperti kimia, fisika, dan matematika. Benar-benar nightmare bagi saya.

Kadang kalau saya bertanya tentang pelajaran kepada teman-teman saya. Mereka memang menjelaskan, tapi kebanyakan secara singkat, jadi saya tetap tidak mengerti. Ya, mungkin memang saya tidak begitu cerdas… saya tidak mengerti kalau tidak dijelaskan secara terperinci. Sementara mereka sih sudah mengerti jadi menjelaskannya cepat-cepat.

Saat itu saya masih suka bermain video games dan nonton kartun. Jarang ada teman-teman sekolah yang satu hobi dengan saya. Makanya, untuk bergaul pun tidak semudah waktu saya SMP.

So, get the point? Saya tidak betah, saya tidak suka jadi anak SMA.

Baru beberapa minggu saya masuk SMA, saya mendapatkan kabar bahwa tetangga saya meninggal dunia. Dia meninggal karena sakit, kalau tidak salah sakit kanker. Namanya Oky, lengkapnya Oky Rifky Prasetya, usianya sama dengan saya. Saya tidak terlalu dekat dengan dia, karena waktu itu dia baru pindah ke dekat rumah saya. Tapi memang saya sudah jarang melihat dia di luar rumahnya, karena saya dengar dia sakit.

Selama masa duka, Mamah dan Papap jadi sering ke rumahnya untuk tahlilan dan bantu-bantu.

Pada suatu malam, pulang dari tahlilan, Mamah menghampiri saya buat menawari nasi kotak dari tahlilan tersebut kepada saya. Waktu itu saya lagi mengerjakan PR.

“Kak, mau nasi kotak? Nih kalo mau.” kata Mamah.

“Oh iya, Mah makasih. Simpen aja dulu di meja. Bentar lagi jg selesai bikin PR-nya. Nanti Kakak makan” kata saya ke Mamah.

“Iya atuh… Eh, Kak … kesian deh Ibu Kiki (ibunya Oky) nangis aja. Masih sedih ditinggal anaknya” Mamah mulai cerita.

“Oh gitu? Terus gimana?” aku balas, sambil terus mengerjakan PR.

Mamahpun cerita, tentang penyakitnya, terus bagaimana Oky tetap sholat subuh dulu sebelum paginya menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dan yang membuatku berhenti menulis adalah ketika Mamah cerita …

“… Kak, Oky suka lihat Kakak dari jendela rumahnya kalo Kakak pulang sekolah. Dia bilang ke Mamahnya…Mah kapan ya Oky bisa sekolah ama pake seragam SMA kayak Adhitya? Mamahnya cuman bilang, sabar ya, Ky … nanti kalau udah sembuh, Oky bisa sekolah lagi.”

Saya terdiam. Iya, Oky sudah sakit begitu lulus SMP. Dia sudah diterima di SMA 22, salah satu SMA negeri dekat rumah juga, tapi tidak sempat masuk sekolah karena sakit.

And suddenly like a thunderbolt of lightning, something hit me … Saya sudah bisa keterima di salah satu SMA favorit, diberi kesehatan oleh Tuhan, dan bisa bersekolah, malah mengeluh tidak betah, hanya karena ada perbedaan dari sekolah yang sebelumnya. Sementara ada orang lain yang hanya bisa melihat saya di balik jendela, menginginkan jadi seperti saya, namun tidak tercapai karena dia sudah keburu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Dari situ, saya coba untuk lebih positif, belajar lebih giat, dan mencoba ngebetah-betahin diri aja. Hasilnya tidak begitu buruk, walaupun saya harus belajar lebih keras daripada teman-teman yang memang sudah pada dasarnya pintar, tapi nilai saya tidak jelek-jelek amat. Waktu penjurusan (kenaikan kelas dari 2 SMA ke 3 SMA), nilai pelajaran eksak saya di atas nilai pasar. Tapi saya tetap memilih masuk IPS. Dan kelas 3, saya selalu masuk peringkat 10 besar.

Terima kasih, Oky Rifky Prasetya … walaupun kita tidak kenal dekat, tapi kamu sudah memberi pelajaran buat saya. Walaupun hidup kita terasa berat, tapi ternyata ada orang yang tidak seberuntung kita dan ingin menjadi kita, namun yang dapat dia lakukan hanyalah menatap kita dari balik jendelanya. Maka dari itu, kita harus bersyukur, ikhlas, dan tetap berusaha.

Pesan

Tema hari kedelapan, "pesan".

Beberapa bulan yang lalu, on Friday Night, saya dan beberapa teman dekat saya janjian untuk ketemuan di sebuah coffee shop di sebuah mall dekat kantor saya. Berhubung kantor teman-teman saya agak jauh, dan mereka kena macet, saya datang duluan. Mereka pasti datangnya akan lama, makanya saya memutuskan untuk jalan-jalan dulu di mall tersebut.

Di depan sebuah coffee shop lain, taunya ada teman kantor saya sedang sendirian. Dia melihat saya, lalu dia menyapa saya, dan mengajak saya bergabung. Ternyata dia sedang menunggu kakaknya. Jadi sambil sama-sama menunggu, kita ngopi dulu bareng.

Saya tidak terlalu dekat dengan teman saya ini, sebut saja namanya "Pepaya". Kita berbeda divisi. Dia lebih muda dari saya, cukup ganteng, dan sepertinya dari keluarga yang berada. Bukannya apa-apa, pakaian kerja beserta perlengkapan kerja (seperti tas dan lain-lain) kelihatannya mahal-mahal, gadget-gadgetnya juga. Mobilnya bagus, dan rumahnya di salah satu kawasan elit di Jakarta. Belum lagi foto-foto di facebook-nya, foto-foto mejeng di luar negeri melulu yang dipajang. Kadang-kadang saya pikir, enak ya jadi dia, dengan segala fasilitas dan kemewahannya.

Pembicaraan dimulai dengan basa-basi masalah kantor, sampai akhirnya mulailah dia mendominasi pembicaraan. Tampak dia senang menceritakan dirinya, bagaimana dia juga punya usaha sendiri, dan sebenarnya dia memegang jabatan "Direktur" di perusahaan keluarganya, tapi untuk pengalaman dia juga mencoba bekerja di kantor kami sekarang. Dan dia juga cerita keahlian dia dalam hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

Pembicaraan berlanjut, dan seingat saya, kelanjutannya penuh dengan keluhan, bagaimana dia tidak puas dengan situasi kantor, dan dia mulai membanding-bandingkan pendapatan dia untuk pekerjaan yang sama di kantor saya yang sekarang dengan di tempat sebelumnya. Berlanjut dengan keluhan mengenai lokasi kantor yang jauh, keluhan tentang karakter dan perilaku teman-teman di tempat kerja, keluhan rekan-rekan kerjanya yang minta pin bebe-nya sehingga dia terganggu privasinya, keluhan tentang pekerjaan keluar kantor nganter bos, ono-ini, ono-ini, dan sebagainya.

Saya sih betah-betah saja di kantor saya ini. Sejauh ini tidak ada masalah, mulai dari teman kerja, sampai penghasilan. Memang saya masih belajar di kantor ini, tapi ya saya sih enjoy aja. Tidak terlalu dibuat pusing.

Berbeda dengan Pepaya. Mungkin dia berasal dari keluarga kaya, yang biasa dimanja, dengan berbagai macam fasilitas dan kemewahan. Jadi kalau agak repot sedikit, dia kurang berkenan.

Di akhir-akhir pembicaraan, sebelum saya bergabung dengan teman-teman saya yang sudah tiba di coffee shop lain, dia juga banyak berpesan kepada saya, salah satunya: "Dhit, kalo elo mo maju, mendingan elo cari lagi kerja di perusahaan asing. Boleh lah sekarang ambil ilmunya dari sini tapi entar mendingan elo keluar dari sini ..." dan bla bla bla, selanjutnya yang saking banyaknya saya tidak begitu ingat lagi, karena sudah masuk ke alam khayal saya alias saya malah ngelamun.

"... iya, kan Dhit. Elo nangkep kan pesen gue?" tanyanya membuyarkan lamunan saya.

"Oh iya, iya, Pepaya ..." jawab saya sambil mengangguk-angguk.

Iya, saya nangkep banget pesan kamu, Pepaya ... Terima kasih atas pesan yang kamu sampaikan kepada saya.
Pesan yg saya tangkep adalah: Saya memang tidak sekaya anda, tapi saya bersyukur keluhan saya tidak sebanyak anda ;)

Rabu, 05 Oktober 2011

Telur Dadar

Tema hari ketujuh, "telur dadar". Baiklah saya akan cerita tentang telur dadar ...

Kembali ke tahun 1989, usia saya masih 10 tahun, masih SD. Mamah dan Papap saya dua-duanya bekerja. Jadi saya senang kalo Mamah atau Papap cuti. Kadang kita berlibur ke luar kota, atau saya sudah cukup senang dengan adanya Mamah atau Papap di rumah.

Suatu hari, Mamah cuti. Saya pulang dari sekolah, disambut oleh Mamah.

"Kak, makan dulu atuh!" kata Mamah.

"Ada apa aja makanannya, Mah?" tanyaku.

"Ada telor dadar gulung, sama sambel, ada pepes ikan emas, ada perkedel kentang, sama sayur sop." jawab Mamah.

"Kok nggak ada daging atau ayam gitu Mah? Males ah. Kakak pengen beli yamien manis ajah di Mang Asep atuh ya? Minta uangnya." kataku ke Mamah.

"Oh, ya udah." jawab mamah sambil ngambil dompetnya, dan menyodorkan uang kepadaku buat beli yamien manis di Mang Asep, tukang bakso dekat rumah.

Saya pun pergi ke Mang Asep dan beli yamien manis di sana.

Beberapa minggu kemudian, saya dapat tugas bahasa Indonesia. Tugasnya menulis resep makanan dan mempresentasikannya di depan kelas (presentasinya cuman memaparkan resep tersebut, tidak dengan benar-benar memasak).

DONG!!! Agak repot ya? Saya benar-benar tidak bisa memasak. Dan dulu belum jaman nyari resep dari internet. Dan majalah-majalah yang ada resepnya baru saja dikilo buat dijual ke tukang loak. Karena bingung, saya minta tolong Mamah saja. Sepulang Mamah kerja, saya minta bantu saya bikin PR tersebut.

Jadi untuk makan malam, Mamah kan memperagakan salah satu masakan yang akan saya jadikan buat PR saya tersebut. Saya minta yang gampang saja. Dipilihlah resep telur dadar gulung. Saya pun duduk manis dengan buku catatan saya.

Mulailah saya perhatikan Mamah yang sedang memasak, mulai dari dia menyiapkan bahan-bahannya, mengiris-iris dan mencincang sayuran seperti kol, daun bawang, bawang merah, cabe rawit, dan memecahkan telur, lalu dikocok bersama bahan-bahan tadi. Lalu dia mulai menggoreng. Dengan lihai, Mamah membuat telur tersebut membentuk bulatan lebar, dan tergulung dari satu sisi ke sisi satunya lagi. Mamah bisa membuatnya kelihatannya mudah, tapi saya belum tentu bisa melakukannya.

Telur dadar gulung itu biasa Mamah sajikan dengan sambal bajak. Mamah pun membuat sambal bajaknya

Mulai dengan ngarendos (menumbuk pake cobek) cabe merah, cabe rawit, bawang merah, bawang putih, terasi, garam, dan gula merah. Setelah itu dia menumisnya, sampai wanginya harum sekali. Dan ditambahkannya daun jeruk dan cabe rawit, ditunggu sebentar dan matanglah itu sambal bajak buatan Mamah yang JUWARA itu.

Itu baru telur dadar gulung dengan sambalnya, catatan saya sudah satu halaman penuh. Saya teringat beberapa minggu sebelumnya. Mamah membuat beberapa masakan, yang masakan lainnya pastinya akan lebih susah dari telur dadar ini, dan saya malah tidak menghargainya. Saya malah minta uang buat beli makanan di tempat lain. Kok saya tidak memikirkan usaha Mamah? Kok saya tidak memikirkan perasaan Mamah? Instead of kelihatan sedih atau bagaimana, mamah tetap memberi saya uang buat membeli mie yamien.

Selesai Mamah masak, kita makan bersama. Tidak lupa saya puji masakannya yang memang enak, dan saya bilang terima kasih. Saya cium kening Mamah. Dia senyum-senyum saja.

I learned my lesson, cara membuat telur dadar gulung, and about being not too selfish ... Jangan terlalu memikirkan keinginan diri sendiri, ingat usaha orang lain, terutama orang tua untuk diri kita. Jangan sia-siakan usaha mereka.

Selasa, 04 Oktober 2011

Taman Kanak-kanak

Tema hari keenam, "taman kanak-kanak".

Bulan Juni 1985, saya lulus taman kanak-kanak. Nilai-nilainya sih standar-standar saja, tidak ada yang istimewa. Selain buku rapor, hasil karya kita pun dikembalikan, seperti lukisan-lukisan, gambar-gambar, buku menulis cetak, buku menulis halus, buku gambar tempel, dan buku berhitung.

Ketika saya lihat hasil lukisan dan gambar saya, saya sedikit terkejut. Karena Ibu guru memberi saya nilai (ponten), dia juga memberi judul gambar-gambar dan lukisan-lukisan saya.


Beberapa yang saya ingat adalah:
  1. gambar pohon-pohon, dengan batang yang kecil, dan bagian atas yang membulat dan saya warnai hijau ... oleh Bu Guru diberi judul: BALON.
  2. lukisan bencana alam, yang terinspirasi oleh bencana letusan gunung galunggung 5 Mei 1982, dengan segala macam atribut gunung meletus, seperti pijaran api, lahar yang keluar dari gunung, dan rusaknya sawah dan pohon di sekitarnya ... oleh Bu Guru diberi judul: PEMANDANGAN ALAM.
  3. lukisan gunung, tapi saya bikin berwarna-warni ... oleh Bu Guru diberi judul: PELANGI.
  4. gambar beruang, memang agak gemuk beruangnya ... oleh Bu Guru diberi judul: BABI.

Saya memang sadar, gambar saya tidak bagus, tetapi berarti selama ini apa yang ingin saya sampaikan melalui gambar itu tidak sampai, termasuk pada seorang guru.

Dan sayapun teringat, kalau ada pelajaran menyanyi, di mana setiap murid disuruh menyanyi ke depan, saya akan menyanyikan lagu yang tidak biasa. Saya nyanyikan lagu anak-anak, tapi lagu anak-anak yang saya dengar dari kaset-kaset yang MELE7IT NGEHITS pada masa itu, seperti kaset Sanggar Cerita, si Unyil, Yoan Tanamal dan lain-lain.

Seperti waktu saya menyanyikan lagu Yoan Tanamal, "Si Kodok", ketika saya nyanyi "Mama, lihatlah kodok melompat ... WOK! WOK!", seisi kelas tergelak-gelak menertawakan saya, termasuk Ibu Guru.

Atau ketika saya menyanyikan lagu balada "Galunggung", yang lagunya "Gaaaaalunggung, meletus lagiiiii ... " seisi kelas pun menertawakan lagu aneh itu. Padahal kalau kata saya itu lagu bagus lho.

Teman-teman pun suka meminta saya menyanyikan lagu itu kalau bertemu saya. Entah itu meledek atau bagaimana, tapi hal itu membuat saya malu pada waktu itu.

Yang saya simpulkan ketika saya mau masuk SD adalah, how I was missunderstood. Everything that I expressed through art which I thought came out right, they were intepretated differently. Bahkan oleh guru saya, yang lebih tua dan pastinya lebih pintar dari saya. Pelajaran menyanyi yang harusnya biasa saja, malah berasa jadi lawakan buat teman-teman dan guru saya, padahal I followed the rules. Saya nyanyikan lagu yang benar-benar ada, dan lagu anak-anak. Mungkin waktu itu aneh karena mereka belum pernah mendengarnya.

Dan sekarang saya sadari... mungkin kita lebih tua, mungkin kita lebih pintar, tapi kita belum tahu maksud dari orang lain. Tidak ada salahnya kita bertanya dulu sebelum kita menyimpulkan sesuatu. Karena yang kita simpulkan belum tentu benar. Contohnya menyimpulkan gambar atau lukisan anak TK saja salah, coba kalau ditanya dulu. Walaupun gambarnya jelek, tapi unsur-unsur dari gambar/lukisan itu setidaknya akan ada dari maksud saya sebagai pembuat gambar atau lukisan.

Juga, biarkan orang berkreasi. Biarkanlah ia menyelesaikannya. Mungkin caranya berbeda, mungkin berbeda dari yang sudah ada, tapi selama dia following the rules, bukankah menjadi lebih seru, karena ada yang berbeda dari yang biasanya.

Well, it's just a thought ... :)

Senin, 03 Oktober 2011

Hilang

Tema hari kelima, "hilang".

Kali ini cerita waktu saya masih kecil, waktu saya masih SD. Hobi saya membaca. Ya, saya dulu suka sekali membaca. Saya punya perpustakaan pribadi yang rapi yang berisi buku-buku novel dan komik favorit saya.

Tema buku favorit saya waktu itu antara lain cerita detektif, cerita anak-anak dari Eropa, cerita mahluk angkasa luar, cerita hantu, dan cerita tentang sihir. Pokoknya saya suka cerita-cerita fantasi.

Buku kesayangan saya adalah tentang tukang sihir. Karena ceritanya bagus, dan buku itu langka. Waktu itu saja sudah susah mencarinya. Saya beli buku itu waktu saya main ke Bogor, ketika main ke rumah sepupu saya.

Namanya buku kesayangan, ya saya sayang-sayang. Tidak pernah saya pinjamkan pada siapa-siapa.

Berhubung waktu itu masih kecil, jadi saya masih suka pamer. Dan mungkin salah satu teman saya ada yang dongkol karena saya punya buku yang langka itu, jadi mungkin karena ada yang sirik, entah bagaimana buku itu HILANG.

Waktu itu saya sempat sedih, panik, saya cari ke mana2, dan tidak ketemu. Namanya anak kecil, ya saya menangis.

Akhirnya Mamah datang menghampiri, dan menenangkan saya. Sambil sesenggukan saya cerita kalau buku itu hilang. Namanya seorang ibu, dia punya sentuhan keajaiban untuk menenangkan saya. Saya tertidur setelah lelah menangis.

Tapi setelah bangun, saya masih terbangun dalam kenyataan buku kesayangan saya hilang. Saya kembali bersedih.

Mamah kembali menghampiri saya, sambil bertanya pelan2 tentang buku itu. Saya ceritakan buku apa yang hilang dan bagaimana ceritanya. Dan mamah kelihatan sangat tertarik dengan ceritanya, dan sayapun jadi semakin bersemangat untuk bercerita tentang isi buku itu.

Setelah selesai, Mamah tersenyum, sambil bilang "Buku itu nggak hilang, Kak."
Saya bingung, "Lho, tapi Kaka cari di mana-mana nggak ada.".
Mamah kembali jawab, "Buku itu masih ada di dalem hati Kakak."

Saya makin nggak ngerti.
Mamah menyambung perkataannya "Kakak udah hapal isi buku itu, ama udah bisa nyeritain ampe detil. Buku itu udah aman disimpen di hati Kakak."

Saya masih terdiam.
Mamah meneruskan kata-katanya, "Kalau Kakak masih sayang sama bukunya, Kakak nggak usah sedih. Ceritain isi buku itu buat orang lain, buat ade sama saudara2 Kakak. Kakak kalo nyeritain bagus, betah dengerinnya, rame aja pokona mah lah."

Hmm, saya masih belum bisa mencerna apa maksud dari kata-kata mamah. Tapi yah sudahlah, mungkin itu kata-kata Mamah saja yang ingin menghibur saya.

Beberapa hari kemudian, pas mau tidur siang, adik saya susah tidur. Saya tawarkan saja, "Mau Kakak kasih cerita?"
Dia bilang mau.

Mulailah saya bercerita ...

Adik saya yang cukup bandel itu tampak menyimak serius cerita saya, sambil sesekali bertanya, tanda kalau dia memperhatikan. Saya cukup menikmati momen itu. Berarti dia betah mendengarkan cerita saya.

Besok-besoknya, dia malah nagih "Kak, cerita lagi Kak."
Bahkan dia tidak menolak dikasih cerita yang sama.

Saya coba melakukan hal yang sama pada adik-adik sepupu saya. Semuanya reaksinya sama, mereka duduk manis mendengarkan cerita saya.

Mungkin buku tentang tukang sihir itu hilang, tapi ceritanya sudah bisa sampai kepada adik dan saudara-saudara saya, tanpa keberadaan fisik buku itu sendiri.

Saya mulai ngerti, wujud sayang sama buku itu bukan dengan menyimpan buku itu baik2, disayang-sayang, dieman-eman, diapik-apik dan nggak boleh ada yang menyentuhnya. Tapi dengan berbagi ilmu bahkan cerita yang ada di dalam buku itu untuk orang lain, sehingga orang lain jadi pintar, atau jadi terhibur dengan cerita dari buku itu.

Jadi kalau kita punya buku yang sudah tidak terpakai, dan masih bagus ... kita masih bisa wujudkan rasa sayang sama buku itu dengan berbagi. Daripada dibiarkan berdebu tidak pernah disentuh, kan lebih baik dijual atau lebih bagus lagi kalau disumbangkan saja, siapa tau buku tersebut bisa lebih berguna bagi orang lain

Well, it's just a thought... :)

Minggu, 02 Oktober 2011

Timeline

Tema hari keempat, "timeline". Well, kalo gitu saya mo sharing tentang masa2 awal saya mulai hidup di Twitteria Lane (itu sebutan saya buat dunia twitter).

Saya bikin account twitter pada tanggal 25 Juli 2009. Dan seperti layaknya newbie di twitter, saya nggak ngerti apa2. ID yang saya buat pun agak aneh: @spektakuler. Hal itu terjadi karena nama saya yang pasaran ini (Adhitya Pratama) sudah dipake orang lain sebagai ID twitter, baik nama panggilan, nama panjang, dan berbagai kombinasi lainnya. Spektakuler banget ya? And then it hit me, to try "spektakuler" as my ID. And guess what? Ternyata bisa.

Saya diemin tuh twitter, karena nggak bisa pakenya. Walaupun akhirnya bisa juga. Eh, lama kelamaan, karena keasikan, saya lupa ganti ID, dan sekarang I'm kinda stuck with the ID @spektakuler. Ya, karena saya sudah identik sama ID tersebut.

Yang saya mau ceritakan itu, masa awal2 saya main twitter. Sekitar Agustus-September 2009. Dulu belum banyak teman yg main twitter, jadi saya pun masih follow seleb2 MELE7IT NGEHITS dari luar negeri. Banyaklah ... salah satunya adalah Saleisha Stowers. Siapa dia? Well, nggak penting juga sih :P

Kalo udah follow, tentu saya mention dia juga dong. Dan seneng banget kalo dia bales mention saya. I was so happy having her in my timeline, let alone dibales mentionnya. Yang pasti kena syndrom groupies euphoria ... Tweet-nya dijadiin favorit, dan diRT :P

Saya follow Saleisha di twitter, dan saya juga add dia di Facebook. Saya tau itu Saleisha asli yg di FB karena, ya fotonya banyak aja, dan banyak hasil tag dari temen2nya juga. Selain itu banyak foto2 dari HPnya dia. Kalau yg palsu kan pastinya ngambil dari majalah2 gitu.

Selain liat timeline di twitter, saya juga liat timeline dia di Facebook. Tapi kok agak nggak sinkron ya? Sampe pada akhirnya, banyak yg nanya ke FB dia, kok twitternya nggak nyambung sama FB-nya. Dan Saleisha pun bilang, kalo dia nggak punya twitter. Nggak suka ama twitter. Berarti yang selama ini bales2an ama saya adalah Saleisha palsu. Agak kecewa memang, tapi yah sudahlah ... mau gimana lagi? Euphoria sesaat doang berarti.

Entah gimana, Saleisha akhirnya ngontak Saleisha palsu, dan ID @SaleishaStowers dikasihin ke Saleisha asli, dan Saleisha palsu pun hilang entah ke mana. Dan Saleisha asli yang katanya "nggak suka twitter" pun mulai aktif di Twitteria Lane.

Well, I think I have to start over again. Mulailah saya mention2 Saleisha asli. Tapi berbeda dengan yang palsu. Yang asli lebih sombong, nggak pernah mau bales mention. Se-peres2nya mention saya, nggak pernah dibales satupun. So I think I've had enough with this "Miss Too Good to Reply a Fan's Mention" ini. Saya unfollow aja. Buat apa menuh2in timeline dengan liat kehidupan glamor orang yang nggak nganggap saya ada. Mungkin di mata dia saya cuma 'angka' di jumlah follower dia, bukan manusia.

Sampe kepikiran, lebih seru dengan Saleisha Palsu ya? Dia masih mau bales mention, kadang2 seru2an, lucu2an, becanda2an ... Salah satu becandaan yang saya inget waktu dia tisoledat (kepeleset), tapi saya kasih tweet peres, dia ketawa2 :P

And then, like a thunderbolt of lightning ... something across my mind. Mungkinkah ini yg dirasain orang lain ke saya?
*Mungkin saya pernah cerita tentang keberadaan Adhit Palsu (saya sudah pernah mention di FB dan twitter, tentang fake accounts yang pake foto2 saya, dan bahkan pake identitas saya).*

Nah, ketika korban2 Adhit Palsu itu saling kontak di dunia maya, mungkin mereka pertamanya senang, dengan Adhit yang ramah, terbuka, selalu reply semua msg mereka, bahkan si Adhit palsu cenderung genit pada korban2nya. Belum lagi dengan status2 nakal & asusila yang mungkin malah bikin gemes para korban2nya. Para korban pun mungkin senang dengan keberadaan Adhit Palsu di timeline mereka.

Namun setelah mereka sadar mereka ditipu, mulailah mereka mencari keberadaan Adhit asli. Dan sekalinya ketemu, mereka menemukan seorang Adhit yang biasa. Yang tidak selalu bisa menjawab atau membalas komen/pesan mereka. Yang lebih tertutup, tidak mudah memberikan pin BB, atau nomor telepon. Yang tidak mudah diajak ketemuan. Yang punya kesibukan tersendiri.

Mungkin mereka merasakan hal yang saya rasakan ... kayaknya lebih asik sama yang palsu ya?

Itu cuman pertanyaan di benak saya? Apakah ini karma? Is it how things supposed to be?
But instead of looking for the answers, I think I'm gonna let it flow. Pertanyaan itu saya biarkan lewat saja. Saya akan tetap seperti saya, karena inilah saya. Timeline saya ya timeline saya. Saya tidak akan berusaha menjadi orang lain. Ini twitter saya, my twitter my rules...


Sabtu, 01 Oktober 2011

Perkenalan

Tema hari ketiga, "perkenalan".
So, what I'm gonna do is: I'm gonna introduce myself to you, anyone who's reading this. Here are 25 random facts about me:

  1. I love the Spice Girls. I have hundreds items of their collections … CDs, DVDs, books. And the only movie that I can watch over and over again (for thousand of times or maybe even more) is Spice World the Movie. And one more thing they did THE GREATEST PERFORMANCE I've ever seen in my life ... it's "Spice Up Your Life (Reprise)" from The Return of The Spice Girls Tour. The fanfare part is just the best sound I've ever heard to date.

  2. I eat a lot, always hungry, but can’t get fat. I only say "I'm fat" when I'm gaining a little weight. Hope I'm not gonna get too fat :D

  3. People say that I have a good memory, a photographic one … that’s why I can recall what happened with people related to me during my life time. I can remember things since I’m 3 years old. I even can remember my birthday party when I was 3 years old. The secret is, when something is happening … I just take a mental picture about it, so I can see it in the future, also with some helps … I can remember exactly the time and the date.

  4. I really HATE Jazz music.

  5. I'm a Legal Officer. The passion of being legal officer is that we can meet different kind of people but without the obligation of selling them anything, since we’re ready to sign the deed to seal the deal. Well, maybe that’s just a simple sentence of “I don’t like to sell stuff”.

  6. I play with words. First, acronyms … such as “Janda Kembang” for Perjanjian dalam Perkembangan, “Kontil” for Kontrak Internasional, “Puspita Lestari” for Pusing pikiran tak tertahankan lenglengan serasa ditabok kanan kiri, and sooooo many more. Second, unnecessary rhymes such as … “ada gelas, ada genting, ada kedondong … nggak jelas, nggak penting, ghimana dong”, “ikan patin di air payau, ngebatin la yau”, “sayur laksa kena penyakit … biar maksa yang penting eksaitit”. Or just simply playing with words such as … “Paramex … paranti meee………..ngobati sakit kepala”, “Calcimex … kalsium paranti meeee…numbuhkan tulang dan gigi”, “Calcidol … calcium paranti mooooooo….rangkalih anu alit” … or “I’m a genie in a botol minta ijin pegang kon ………………….”.

  7. Jokes in Gilmore Girls are BRILIANT! Or should I say … SPECTACULAR!!! It’s ashamed not all people appreciate and understand them. I still haven't found any show that can top that series.

  8. I love walking … There’s no hustle of parking, worrying about my car/bike, or making trouble to other people. I can go wherever I want, whenever I want. It’s just as simple as that. And also I can pretend that the street is my … :D

  9. I have signature words … so that whenever those words are said by other people, they remember the jargon creator … it’s just as a simple as "JUWARA", "MELE7IT NGEHITS, "Penuh Cinta", "en00ng" and many more. People who know me … would understand and recognize that.

  10. I'm actually don’t feel comfortable of people taking a picture of me … alone. I’ll be willingly to have my picture taken when at least I’m with other people. I’m only comfortable when the picture is taken by me, or someone whom I know well.

  11. My favorite food is sushi … we established that I can eat a lot, and with that … I can eat plates of Sushi.

  12. I love Sugababes … they have spectacular tracks, even the unreleased ones.

  13. I consider I was as a nobody in my school time, especially in high school … since I was surrounded with a load of smart students, so I had to work my ass so hard in order to get good grades especially in hideous subjects such as math, physics, and chemistry. But I survived it, and managed to have good grades.

  14. I treat people just like I want to be treated.

  15. One of my highlight of my life was … making an independent film, and all the chain reactions which were following it. I enjoyed the time making it with all the ideas, midnight to early in the morning shooting time, laughs, and all the fun. I managed to meet M2M (Marit & Marion), invited to FFII and meet all the spectacular artists for the first time such as Titi Kamal & Dian Sastro. I love the idea of Christine Hakim cracked up back then. Come to think of it M2M were really enjoying it too, they laughed so hard, and I made their head bumped to each other while they were dancing crazy. Oh yeah, I was also on Mtv Asia because of that film.

  16. "Adhit, where did you learn English? Did you take English classes/courses or anything?" The answer is "no". I learn it by myself. The best teacher is "Sesame Street". Followed by Mtv, various sitcoms, TV serial, and Role Playing Games. Trust me, it works! ;)

  17. I come with a specific taste of Music, so in return I hate common taste of music … such as Afgan, Maliq& The Essentials, Tompi, Ello, Yovi & Nuno, and those kinds of artists. That’s why don’t try to ask me to see them perform, no matter what … I’m going to be having second thought to come, even when I’m getting paid to see them. And here are some songs that I really hate A LOT that I can remember are: If I Ain't Got You, Can’t Smile without You, Still a Friend of Mine, L.O.V.E. … and the song that I REALLY HATE THE MOST is Keith Martin – Because of You.

  18. I love gadgets. I love black gadgets. My gadgets all in black, just like my blackberry phone, CDMA phone, laptop, Nintendo DS, and iPod Touch.

  19. At least I can carry a tune …

  20. Having lunch alone is such a luxury, so that I don’t have to wait for anyone, or being waited by anyone. I can go wherever I want, whatever I want to eat, without the hustle of the discussion of where we are going or what we are going to eat. I just go to places that provide food, any nice places … I’ll be okay by myself with my food, and my gadgets (my beloved phones & DS).

  21. Hard to say no, I hate making people disappointed. So, whenever I have to say no, I give strong signal of a 'no'. But some people are just can’t read it. Basically, it’s hard to give a straight answer that come to a disappointment … so I work hard to give signs to be understood. Not easy!

  22. I love Suikoden 2. It's the only game that I can play thousand of times, or maybe even more without even getting bored.

  23. Once I lived in Tazyique, and enjoyed staying there.

  24. When the TV series called “FRIENDS” was hot, I can remember every detail of the episodes. The dialogues, the scenes, the bloopers, the blunders, the mistakes, the jargons. And some of them are still in my head.

  25. I really want to thank you for my g00d friends, g00d people who came in to my life, and helped me thru a lot with so many different ways. Thanks to all my friends whom I can’t mention one by one. You know who you are.

Malam Minggu

Tema hari kedua, "malam minggu".

Beberapa tahun yang lalu, biasanya tiap malam Minggu, saya dan teman2 suka hang out di tempat2 nongkrong di Bandung. Waktu itu, kami masih berdomisili di Bandung, otomatis eksisnya pun di tempat2 nongkrong yang ada di Bandung.

Malam Minggu tanggal 7 Agustus 2004, saya, dan teman2 saya hang out di Potluck, salah satu tempat nongkrong di Bandung, yg pada waktu itu lokasinya masih di Jl. Teuku Umar. Adapun teman2 saya yang ikutan nongkrong pada waktu itu adalah Ai (sepupu saya, Sogi (kayaknya pada kenal deh, secara eksis di TV), O’o (sama ini juga jadi anchor di salah satu TV swasta), Teh Vivi (salah seorang penulis buku), Pingky (Magdalena Pinky, penyiar Oz yg MELE7IT NGEHITS pada masanya) dan Ai (sepupu saya, cukup eksis di mana2 juga dia).



Kalau hang out gitu, biasanya kita cuman ngopi2 doang sih. Tapi yang MELE7IT NGEHITS cara kita ngisi waktu. Biasanya kita main tebak film, tebak putting (JUWARA banget permainan ini), sama gebrak latah alternatif.

Berhubung Potluck waktu sedang penuh, jadi permainan yang dimungkinkan adalah gebrak latah alternatif.

Cara bermainnya adalah seperti main kartu gebrakan, tapi kita harus punya nama nickname masing-masing. Nickname tersebut harus terdiri dari 5 kata.
Setelah kita dapat nickname masing-masing, kita main kartunya. Kartu dishuffle/dikocok, lalu dibagikan sampai habis, kemudian dibuka satu per satu searah jarum jam sesuai dengan posisi duduk kita. Kita harus memperhatikan kartu yang telah kita buka dan ada di hadapan kita, dan kartu yang dibuka oleh lawan main kita, karena apabila kartu kita sama, kita harus segera menyebut nickname dari lawan kita yang kartunya sama tersebut. Misalnya di hadapan saya ada kartu king yang telah saya buka sebelumnya, lalu kemudian Sogi membuka kartunya ternyata kartu king juga, maka saya harus menyebut nickname Sogi. Siapa yg telat atau salah, hukumannya di harus mengambil seluruh kartu yang sudah dibuka lawannya yang telah berhasil menyebut nickname dengan benar. Yang menang dari permainan ini adalah, siapa yang bisa habis duluan kartunya. Dan yang kalah tentunya yang kartunya tidak habis, alias yg menerima seluruh kartu sisa.

Nama kita jadi nickname kita sebagai berikut:
1. Cucak rowo berondong merayap ghanaz
2. Hamster imut onani pake sumpit
3. Kucing geradak hamil beranak banyak
4. Ulet bulu bodo tapi bahagia
5. Ratu buaya putih mencari berondong
6. Ayam kampus tak mau dimadu
Dan satu orang lagi menjadi wasit.

Hmm, agak repot nama2nya kan? Makanya begitu ada yang kartunya sama, kebayang kan hebohnya pada jerit2 nyebutin nickname lawan yang memang MEREPOTKAN itu, kayak harus jerit2 “CUCAK ROWO BERONDONG MERAYAP GANAZH”…

Anyway, setiap yang kalah harus dikerjain. Macam2 dikerjainnya. Mula2 masih behave, seperti harus ngajak ngobrol sama geng yang ada di meja sebelah yg juga lagi pada hang out, sampai harus minta perhatian para pengunjung yang hadir di sana dan bergoyang dombret. Thank God, SAYA TIDAK PERNAH KALAH :P

Kegilaan geng kita ternyata menginspirasi geng meja sebelah. Jadi sering terjadi “pertukaran pelajar”. Dari geng kita, ada yg harus nyanyi ke sebelah, dari geng sebelah ada yang harus ngiket tali sepatu yang ada di geng kita. Begitulah selanjutnya.

Kagok edan, akhirnya kita malah pada kenalan antara geng kita dan geng sebelah, dan foto bareng, dan tuker2an alamat email buat saling add di friendster (yg waktu itu memang MELE7IT NGEHITS yah).


And we became friends ever since.

Hmm, seru juga kan? Biarpun pada jomlo, gak malem mingguan ama pacar, tapi waktu itu kita masih bisa malem mingguan ama temen2, dan malah banyak ketemu temen baru. Itu baru satu malem minggu, blm malem-malem minggu lainnya.

Yah, itu salah satu pengalaman malem mingguan saya aja. Nggak ada maksud apa-apa, cuman maksud berbagi aja. Masih banyak hal positif yang bisa kita ambil pas malem mingguan, setelah seminggu sibuk kerja atau kuliah. Treat yourself. Kalo emang baru putus, atau nggak punya pacar … nggak usah nyengajain bermuram durja, atau tenggelam dalam kesedihan. Go out and play. Make friends. Kamu nggak sendiri.

Rabu, 28 September 2011

Ciuman Pertama

This is my first kiss to my blog with the theme "First Kiss".

Well, I'm gonna share my "First Kiss" story. Ini adalah kisah nyata tentang saya yg menerima ciuman pertama dari seorang wanita.

Waktu itu, awal Agustus tahun 1990. Saya baru kelas 6 SD dan saat itu saya ditunjuk untuk tampil mengisi acara ulang tahun TVRI. Syutingnya di Balai Sidang Senayan Jakarta.

Ya, namanya masih kecil, dan baru pertama kali syuting untuk sebuah acara TV, waktu itu saya kampring sekali (mungkin sampai sekarang juga masih sih, hehehe). Saya terkagum2 lihat artis2 yang MELE7IT NGEHITS pada masanya sedang wara-wiri di depan saya. Ada Ruth Sahanaya, Harvey Malayholo, Hetty Koes Endang, Bagito Group, Jayakarta Group, Trio Libels, Puput Novel, dan masih banyak lagi artis-artis yang memang beken pada saat itu.

Waktu itu belum musim handphone, apalagi handphone berkamera, jadi belum bisa foto bareng. Saya juga nggak punya kamera pocket buat mengabadikan momen saya ketemu para artis itu. Jadi sebagai kenang2an saya cuman beli buku notes kecil buat diisi oleh tanda tangan para artis tersebut.

Hmm, ternyata para artis itu beda di TV, beda 'in person'. Para pelawak yang di TV suka lucu, pembawa acara anak2 yang kalau bawain acara suka ramah, dan penyanyi yang kalau menyanyi itu enerjik dan semangat ... semua terlihat sisi manusiawinya. Mereka tidak selucu atau ramah sebagaimana saya lihat di TV. Kelihatannya pada judes gitu. Apalagi kepada anak kecil dengan setelan kampung seperti saya yang malah berseliweran di backstage minta tanda tangan ke sana sini. Keberadaan saya pasti dianggap ganggu deh, mintain tandatangan pas mereka lagi di-make up, atau lagi ngobrol ama artis2 lain.

Berasa banget, artis-artis itu kok aslinya pada judes2 ya? Kok aslinya pada cemberut gitu, haseum hadeud kawas alpuket dikopeahan (asem banget kayak alpuket dikasih peci). Sempet ditolak juga lho saya minta tanda tangan mereka, dengan alasan "lagi sibuk". Wew!

Di tengah2 hiruk pikuk backstage, dengan para artis yang sibuk berseliweran untuk persiapan tampil, mata saya tertuju pada seorang artis muda, seorang penyanyi wanita yang dapat bagian untuk tampil di panggung bersama beberapa artis lain, di mana dia hanya kebagian berapa baris solo buat penampilannya.

Tampaknya dia tidak terlalu sibuk. Dia sedang duduk sendirian, sambil sesekali menyapa teman-temannya. Dia kelihatan sangat cantik. Dia belum didandani, tapi sudah terlihat cantik. Inner beauty dari wanita ini terpancar sekali.

Saya beranikan diri untuk menghampirinya. Saya coba sapa, "Teh, boleh minta tanda tangannya?". Dan tidak seperti artis2 yang lain, dia menjawab dengan tersenyum ramah "Oh, boleh". Masya Allah, senyumnya manis sekali, dia makin kelihatan cantik dengan senyumnya.

Dia ambil notes saya, dan mulai menandatangani halaman pertama buku notes kecil saya tersebut. Buku notes itu masih kosong, bukti saya belum berhasil mendapatkan satu tandatangan pun dari sekian banyak artis yang ada di sana.

Setelah selesai dia tandatangani, dia kembalikan buku notes kecil itu pada saya. Saya lumayan terkejut, karena selain ada nama dan tanda tangannya, dia cantumkan juga alamat rumahnya. Saya senang sekali. Saya bilang, "Makasih banyak ya, Teh". Dia balas menjawab dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya, "Sama-sama!".

Saya masih belum beranjak, karena memang saya masih terkagum-kagum sama dia. Dia lalu bilang "Kamu lucu yah?" Dan tidak terduga sebuah ciuman mendarat di pipi saya. Itulah pertama kali saya dicium seorang wanita (yang bukan ibu saya, ataupun siapapun yang ada hubungan keluarga dengan saya). Saya kaget, sekaligus senang. Sekali lagi saya bilang "Makasih, Teh!". Dia balas dengan senyum.

Ciuman pertama itu sangat berkesan, karena selain itu adalah ciuman pertama dari seorang wanita, wanita itu adalah idola saya, dan dia menjadi inspirasi saya. Dan itu tidak akan terulang lagi, baik ciuman pertama, atau saya tidak akan mungkin mendapatkan sebuah ciuman lagi dari dia.

Begitulah cerita ciuman pertama saya, mungkin tidak penting, tapi cukup berkesan buat saya ...
Oh iya, saya belum kasih tau ya siapa yang ngasih ciuman pertama buat saya?
Dia adalah ... NIKE ARDILLA.